Galih Poenya Cerita

9.26.2010

Legenda Sendang Sinongko

Disebutkan bahwa pada dahulu kala terdapat suatu Kadipaten yang pusat pemerintahanya berada di Perdikan (sekitar sendang Pokak) dan memiliki suatu Patirtan yang di pergunakan sebagai tempat bersuci atau pemandian. Wilayah kadipaten ini berbatasan di sebelah barat dengan Gunung Merapi dan sebelah Timur dengan Gunung Lawu yang di pimpin oleh seorang Adipati bernama Ki Singodrono dan di bantu oleh seorang patih yang bernama Ki Irokopo. Dalam menjalankan pemerintahan keduanya sangat arif dan bijaksana serta ahli di bidang ilmu kebatinan dan kamuksan

Alkisah suatu hari kadipaten Gunung Lawu dan Gunung Merapi di bawah naungan kerajaan Pantai Selatan yang di kuasai oleh Kanjeng Ratu Kidul atau yang lebih di kenal  dengan sebutan Nyi Roro Kidul meminta upeti / pisungsung berupa hewan dan manusia setiap tahunnya. Tentu saja hal ini di tolak mentah-mentah oleh Ki Singodrono dan Ki Irokopo, mereka hanya menyetujui pinsungsug berupa hewan saja. Mengetahui permintaanya tidak di laksanakan, marahlah Nyi Roro Kidul dan pertempuran pun tidak dapat dielakakan.

Terjadilah pertempuran hebat antara Nyi Roro Kidul dan Adipati Ki Singodrono yang dibantu oleh patihnya Ki Irokopo. Dalam pertempuran ini dimenangkan oleh Nyi Roro Kidul dan menyebabkan beliau berdua meninggal mukso (hilang jasad). Ki Singodrono meninggal mukso di Sendang Barat (Sendang Sinongko) dan Ki Irokopo meninggal mukso di Sendang Timur di daerah Pokak.
Begitulah legenda asal mula terbentuknya Sendang Sinongko. Sedangkan nama Sinongko merupakan pemberian dari Raja Surakarta Sinuwun ke VII yang pada saat melakukan perjalanan ke Yogyakarta singgah dan beristirahat sambil makan buah nongko, kemudian membuang isinya ke sendang sambil bersabda ”.Mangke saumpami wosipun nangka menika tuwuh lan saged gesang, tuwin sendang menika dados rejo supados dipun paringi asma sendang Sinongko.”
Setiap setahun sekali tepatnya pada Jumat Wage di bulan Agustus atau awal September sehabis panen di musim kemarau di lakukan acara adat TASYAKURAN BERSIH SENDANG SINONGKO yang mengandung makna agar warga masyarakat menjaga keseimbangan lingkungan dengan mengadakan acara bersih sendang supaya airnya tetap bersih dan jernih sehingga sendang ini bisa dimanfaatkan ubtuk mengairi sawah dan sekitrnya sepanjang musim.

Tradisi ini berawal pada suatu hari di musim kering ada seorang petani yang beristirahat di bawah pohon dekat Sendang. Dia bermimpi ditemui seseorang yang memintanya untuk sodakoh dan sesaji di Sendang ini berupa nasi tumpeng, kambing di masak becek serta minuman dawet agar panennya melimpah.

Pada saat perayaan ini hampir semua warga memenuhi sendang. Mereka bersiap sejak pagi dengan membawa tenong berisi nasi, lauk pauk, buah serta minuman dawet. Tenong tersebut di jajar di sekitar sendang yang disusun berkelompok sesuai dengan RT masing – masing. Dalam perayaan ini juga dimanfaatkan warga untuk memamerkan replica dari limbah kayu jati yang hasil produksinya telah di ekspor sampai Amerika dan Eropa.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home